Pasar Doplang Wonogiri Sebuah Fenomena Kuliner Tradisional Khas Desa
Pasar Kuliner Tradisional Doplang telah berhasil bertahan sejak pembukaannya empat tahun yang lalu, dan saat ini menarik semakin banyak pengunjung.
Pasar tiban ini beroperasi pada akhir pekan, setiap hari Minggu pagi, mulai pukul 05.00 hingga 10.00 WIB.
Di pasar ini, terdapat puluhan gerai yang dikelola oleh sekitar 60 pedagang, menawarkan lebih dari 200 jenis kuliner dan minuman tradisional yang otentik. Makanan olahan dari singkong meliputi cenil, gatot, getuk, dan sego tiwul.
Selanjutnya, grontol, nasi bancakan, nasi berkat, cabuk rambak, wedang uwuh, serta beragam jenis jajanan tradisional lainnya.
Keberadaan berbagai jajanan rakyat ini memungkinkan para pengunjung untuk merasakan nostalgia terhadap jajanan pasar di masa kecil mereka, sekaligus menjadi sumber kerinduan yang mendalam.
Salah satu pengunjung, Agus Sutrisno, seorang warga Solo Baru, dengan sengaja mendatangi lokasi ini bersama dua keluarga untuk menikmati kelezatan kuliner tradisional.
Ia menyatakan kepuasan atas beragam pilihan kuliner yang terjangkau serta lingkungan yang terjaga kebersihannya. "Saya melakukan perjalanan dari Solo Baru dan tiba di sini dalam waktu satu setengah jam.
Saya berpendapat bahwa pasar tradisional ini sangat mengesankan, dengan semua pedagang mengenakan seragam berbahan lurik. Menurut pandangan saya, harganya tergolong ekonomis, mengingat semua aspek yang ada bersifat tradisional.
Pasar Doplang memiliki keunikan tersendiri karena fokus pada pelestarian lingkungan. Objek wisata kuliner ini menjunjung tinggi kepedulian lingkungan dengan menghindari penggunaan sampah plastik, menggantinya dengan penyajian makanan atau jajanan dalam bungkus daun jati atau daun pisang serta menggunakan peralatan gerabah.
Salah satu pedagang, Sarifah, yang berusia 56 tahun, mengungkapkan bahwa ia telah menjalankan usaha jualannya di pasar kuliner Doplang selama lebih dari tiga tahun. Dalam situasi ramai, ia mampu mencapai omzet sekitar 800 ribu rupiah dalam sekali berjualan di pasar Doplang. "Semoga, insya Allah, telah berlalu tiga tahun.
Seluruh hidangan cenil dan gatot ini kami prepare secara mandiri. Setiap malam, jika dikerjakan secara mandiri, potensi penghasilan bisa mencapai Rp 700-800 ribu.
Salah satu ciri khas Pasar Doplang adalah bahwa sebelum memasuki area pasar, pengunjung diwajibkan untuk menukarkan uang mereka dengan kepingan bulat yang terbuat dari kayu jati, yang mencerminkan nilai nominal tertentu.
Koin tersebut berfungsi sebagai media pembayaran yang menggantikan uang pecahan rupiah. Abdul Wahid Ahmadi, the administrator of Doplang Market, stated that the market located in Desa Pandan Slogohimo Wonogiri has been intentionally developed as a regional tourist destination to enhance the prosperity of the local community.
Desa Pandan ini jarang memiliki warung atau rumah makan; oleh karena itu, seluruh warga berinisiatif dan melakukan gotong royong untuk mendirikan pasar ini."
Komentar
Posting Komentar