Asal usul Donoloyo Hutan Warisan Senapati Majapahit di Wonogiri
Hutan Donoloyo di Wonogiri
Hutan Donoloyo berfungsi sebagai cagar alam dan diakui sebagai salah satu destinasi wisata religius yang terdapat di Wonogiri.
Hutan ini dihuni oleh ratusan pohon jati besar yang telah berusia ratusan tahun. Pohon jati yang terdapat dalam hutan ini diyakini memiliki kualitas yang sangat unggul. Dikatakan bahwa pohon jati dari hutan ini dipilih oleh Wali Songo dalam pembuatan saka guru untuk pembangunan Masjid Demak.
Pada akhir bulan April yang lalu, melakukan penelusuran di hutan ini. Pohon jati tampak menjulang dengan anggun. Narasi-narasi mistis yang bersemayam dalam masyarakat berperan menjaga keberlangsungan pohon-pohon suci di hutan yang dihormati tersebut. Di tengah hutan, terdapat sebuah punden yang kerap dijadikan lokasi ziarah oleh masyarakat.
Punden tersebut adalah situs bersejarah yang dianggap sebagai jejak dari tokoh yang dipercayai sebagai perintis penanaman pohon jati di kawasan hutan tersebut. Hindari mengambil apa pun dari Hutan Jati Donoloyo di Wonogiri, karena konsekuensinya dapat signifikan. Pohon jati yang berada di kawasan punden tersebut dilapisi dengan kain poleng.
Sementara itu, di belakang punden, terdapat sebuah sungai yang terhubung dengan aliran Bengawan Solo. Menurut narasi yang beredar, Wali Songo pada masa lalu mengangkut kayu jati dari Donoloyo ke Demak dengan memanfaatkan aliran Sungai Bengawan Solo.
Juru Kunci Hutan Donoloyo, Sunarto, menjelaskan bahwa nama Hutan Donoloyo tidak dapat dipisahkan dari sosok bersejarah kerajaan Majapahit yang dikenal dengan sebutan Eyang Donosari atau Ki Ageng Donoloyo.
Eyang Donoloyo adalah figur penting dalam sejarah Kerajaan Majapahit yang berperan pada era Brawijaya V. "Upon arriving at this location (Hutan Donoloyo), Eyang Donosari proclaimed his identity as Senopati Majapahit Brawijaya V," remarked Sunarto during a recent encounter with detikJateng at the Punden of Hutan Donoloyo.
Ia menyatakan bahwa Eyang Donosari meninggalkan Majapahit pada masa-masa menjelang keruntuhan kerajaan tersebut. Ia berangkat bersama keluarganya, yakni pasangan Pangeran Teleng dan Donowati.
"Sewaktu meninggalkan Majapahit, Eyang Donosari melakukan perjalanan ke Hutan Donoloyo." Sementara itu, Eyang Donowati dan Pangeran Weleng melakukan perjalanan ke Sukoboyo, yang saat ini masih termasuk dalam wilayah Kecamatan Slogohimo," ungkapnya. Di wilayah tersebut, Eyang Donosari menanam pohon jati yang diberikan oleh Pangeran Teleng di sekitar kediamannya. Dalam waktu yang relatif singkat, wilayah tersebut mengalami transformasi menjadi sebuah hutan jati yang cukup luas.
Hingga saat ini, kawasan hutan seluas 9,2 hektare tersebut masih terjaga dengan baik. Secara signifikan, perkembangan tanaman jatinya meluas hingga melampaui batas-batas area hutan.
Sepanjang waktu, hanya segelintir orang yang memiliki keberanian untuk menebang pohon atau sekadar mengumpulkan kayu di hutan tersebut.
Sunarto mengemukakan bahwa sejumlah warga melaksanakan wisata religi pada malam Selasa dan Jumat Kliwon, serta selama bulan Suro.
Komentar
Posting Komentar